Mengenal Lebih Dalam Resesi, Penurunan Aktivitas Ekonomi Secara Signifikan

Dian Eko Prasetio
Selasa 28 Maret 2023, 23:51 WIB
Ilustrasi Resesi (Sumber : Pixabay.com)

Ilustrasi Resesi (Sumber : Pixabay.com)

LABVIRAL.COM - Beberapa waktu belakangan ini dunia maya dihebohkan dengan kata 'resesi' saking populernya banyak orang merasa was-was untuk menyambut tahun 2023.

Bahkan presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri menyampaikan bahwa tahun depan akan menjadi tahun yang gelap akibat resesi.

Resesi sendiri merupakan istilah ekonomi yang menggambarkan perekonomian suatu negara yang diakibatkan oleh berbagai faktor.

Lalu apa sih sebenarnya yang disebut dengan resesi dan mengapa banyak orang sangat khawatir apabila resesi ini benar-benar terjadi?

Tanpa basa-basi Labviral.com akan kupas satu persatu mengenai resesi di bawah ini.

Baca Juga: Gaji TNI dan Jumlah Tunjangan Kinerja Berdasarkan Pangkat

Apa itu Resesi?

Seperti yang Kamu ketahui, resesi merupakan salah satu istilah kata yang digunakan untuk menggambarkan keadaan di mana perputaran ekonomi suatu negara berubah menjadi lambat atau buruk.

Perputaran ekonomi yang melambat ini bisa berlangsung cukup lama bahkan tahunan akibat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara menurun selama dua kuartalan dan berlangsung secara terus menerus.

Bahkan PDB sendiri dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi suatu negara selama satu periode. Jadi secara tidak langsung apabila suatu negara mengalami aktivitas ekonomi yang turun secara terus menerus selama dua periode, maka negara tersebut dapat dikatakan resesi.

Namun jika mengacu kepada National Bureau of Economic Research (NBER) mengartikan bahwa resesi sebagai kondisi di mana negara mengalami penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan dalam kurun waktu beberapa bulan dilihat dari PDB baik dari sektor riil, penghasilan, tingkat pengangguran, produksi industri bahkan penjualan grosir ataupun ritel.

Baca Juga: Honda ST125 Dax, Motor Klasik Honda yang Harganya Bikin Dompet Meronta!

Lalu apa Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi ?

Sebetulnya ada beragam faktor yang memicu terjadinya resesi pada suatu negara diantaranya bisa terjadi karena Inflasi, Deflasi Berlebihan, Gelembung Aset Pecah, Guncangan Ekonomi Mendadak, Perkembangan Teknologi, Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi dan sebagainya.

Nah berikut penjelasan berbagai faktor yang sudah disebutkan di atas tadi.

1. Inflasi

Inflasi adalah kondisi naiknya harga secara terus menerus, baik itu harga barang maupun jasa. Adanya kenaikan harga ini berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat yang nantinya diikuti juga dengan penurunan produksi barang dan jasa.

Jika dibiarkan dalam waktu lama, hal ini akan mengakibatkan tingginya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masal, kemiskinan, dan terjadi resesi.

2. Deflasi Berlebihan

Seperti halnya inflasi, deflasi juga bisa membawa pengaruh yang buruk dan memicu terjadinya resesi. Deflasi adalah sebuah kondisi di mana harga barang dan jasa turun dari waktu ke waktu yang akhirnya berimbas pada upah yang dibayarkan mengalami penurunan.

Deflasi juga ditandai dengan adanya penundaan pembelian barang atau jasa sampai harga terendah. Hal ini tentunya sangat beresiko bagi pemilik usaha.

Sebab, meskipun daya beli masyarakat kemungkinan akan naik, nyatanya pemilik usaha harus menekan biaya produksi yang berujung pada ruginya suatu bisnis. 

Jika masyarakat atau unit bisnis berhenti untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti membelanjakan uangnya, bukan tidak mungkin kondisi ekonomi yang ada akan rusak.

Baca Juga: Honda ST125 Dax, Motor Klasik Honda yang Harganya Bikin Dompet Meronta!

3. Gelembung Aset Pecah

Penyebab berikutnya resesi adalah pecahnya gelembung aset. Hal ini bisa terjadi saat investor mengambil langkah secara gegabah.

Misalnya, terjadi pembelian saham dan properti secara masif dengan anggapan harganya akan naik dengan cepat.

Lalu, saat keadaan ekonomi tengah goyah, mereka akan beramai-ramai menjualnya yang mengakibatkan terjadinya panic selling dan berujung pada resesi akibat rusaknya pasar.

4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Pemicu lain resesi adalah guncangan ekonomi secara mendadak. Hal ini ditandai dengan menurunnya daya beli yang disebabkan kesulitan finansial serta masalah serius lainnya seperti tumpukkan hutang.

Hutang yang menumpuk akan mempengaruhi membengkaknya bunga yang perlu dibayarkan dan berujung pada ketidakmampuan untuk melunasinya atau gagal bayar. 

Baca Juga: Cara Mendapat Pinjaman Pegadaian dan Daftar Barang yang Bisa Digadaikan

5. Perkembangan Teknologi

Resesi adalah kemerosotan ekonomi yang tidak hanya disebabkan dari aktivitas ekonomi itu sendiri. Perkembangan teknologi turut menjadi faktor adanya resesi. 

Hal ini bisa terjadi karena adanya penurunan lapangan pekerjaan yang banyak digantikan oleh teknologi terkemuka seperti Artificial Intelligence (AI) dan robot. Alhasil, lapangan pekerjaan akan menurun drastis dan membuat angka pengangguran meningkat.

6. Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi

Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi menjadi pemicu berikutnya. Barang dan jasa yang diproduksi secara berlebih dengan tingkat konsumsi atau daya beli yang menurun bisa membawa malapetaka bagi produsen.

Hal ini mendorong terjadinya impor secara besar-besaran, membengkaknya pengeluaran perusahaan, dan menipisnya laba perusahaan dalam negeri.

7. Pertumbuhan Ekonomi Mengalami Penurunan Selama Dua Kuartal Berturut-Turut

Salah satu indikasi resesi adalah adanya penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut yang dinilai dari melemahnya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.

Baca Juga: 5 Merek Sepeda Motor Produk Dalam Negeri, Kualitasnya Nggak Kalah dari Pabrikan Jepang

8. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor

Indikasi lain terjadinya resesi adalah nilai impor suatu negara lebih besar ketimbang ekspor. Hal Ini bisa memberikan efek terhadap defisitnya anggaran negara dan terjadinya penurunan pendapatan nasional.

9. Tingginya Tingkat Pengangguran

Tingginya angka pengangguran suatu negara bisa mengindikasikan negara tersebut mengalami resesi. Sebab, tenaga kerja memiliki peran penting dalam perputaran perekonomian suatu negara.

Apabila angka pengangguran meningkat secara terus menerus, hal ini akan mengakibatkan terjadinya tingkat kriminalitas yang ikut naik. 

Secara garis besar, resesi adalah situasi yang muncul karena berbagai faktor. Misalnya krisis keuangan, salah mengambil keputusan perekonomian, adanya disrupsi rantai pasokan, disrupsi perdagangan eksternal, pecahnya gelembung ekonomi, sampai dengan faktor yang ada di luar kuasa manusia seperti bencana alam ataupun pandemi.

Baca Juga: Nggak Ribet, Ini Syarat dan Ketentuan Pembukaan Rekening Bank BJB

Bagaimana Dampaknya ?

Dampak resesi adalah akibat yang muncul dan mempengaruhi beberapa pihak antara membawa dampak pada pemerintahan, perusahaan, dan para pekerja.

1. Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Pemerintahan

Resesi ekonomi membawa dampak yang cukup berat bagi pemerintah. Saat kondisi ini terjadi tentunya angka pengangguran akan meningkat dan pemerintah dituntut untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Alhasil, pinjaman pada bank asing kian meroket.

Adanya resesi juga membuat pendapatan pajak dan non pajak menjadi rendah. Ini dikarenakan kondisi finansial masyarakat yang memburuk dan harga properti yang ikut turun. Sehingga, jumlah PPN (Pajak Pertambahan Nilai) yang masuk ke kas negara menjadi lebih sedikit. 

Di sisi lain, pemerintah juga terus didorong untuk melakukan pembangunan di sektor pemerintahan. Salah satunya yaitu menjamin kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya semua tuntutan yang ada serta menurunnya pemasukan pendapatan pajak, membuat negara mengalami defisit anggaran dan utang pemerintah menjadi lebih tinggi.

Baca Juga: Baterai Wuling Air EV Lolos 16 Model Uji Ketahanan

2. Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Perusahaan

Resesi adalah kondisi perekonomian yang mampu membuat perusahaan jatuh bangkrut. Hal Ini diakibatkan menurunnya daya beli masyarakat yang berimbas pada penurunan pendapatan perusahaan dan mengancam arus kas.

Pada akhirnya, perusahaan akan memangkas biaya operasional dan menutup area bisnis yang kurang menguntungkan, sampai dengan mengambil keputusan berat untuk melakukan efisiensi pegawai (PHK).

3. Dampak Resesi Ekonomi Terhadap Para Pekerja

Adanya dampak resesi adalah dampak yang tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dan perusahaan, akan tetapi para pekerja turut terkena imbasnya. 

Area bisnis yang ditutup serta efisiensi pegawai yang dilakukan untuk menekan biaya operasional membuat banyak orang kehilangan pekerjaan akibat adanya PHK. Pekerja yang tidak terkena PHK pun ikut dirugikan dengan pemotongan upah yang didapat.

Hal ini menjadi pendorong adanya ketidakstabilan sosial, kesenjangan yang semakin menjamur dimana-mana, dan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini