LABVIRAL.COM – Kisah perjuangan Siti Hajar dalam mencari air untuk putranya, Nabi Ismail AS, menyimpan pelajaran berharga bagi umat manusia dalam menjalankan peran sebagai khalifah di bumi serta dalam membangun peradaban bangsa yang lebih maju dan beradab.
Peristiwa luar biasa ini kemudian diabadikan dalam ibadah haji melalui ritual Sa’i, yakni berjalan bolak-balik dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa sebanyak tujuh kali. Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Arif Satria, dalam konferensi pers di Makkah pada Senin (9/6/2025), menyampaikan bahwa Sa’i menyimpan makna mendalam yang dapat menjadi inspirasi dalam membangun Indonesia.
“Dulu, Shafa dan Marwa adalah dua bukit tandus yang kini menjadi tempat sakral. Siti Hajar berlari-lari kecil di antara keduanya hingga tujuh kali, dengan jarak total sekitar tiga kilometer,” ujar Arif.
Baca Juga: Update Situasi dan Penanganan Bencana di Indonesia per 9 Juni 2025
Dua Makna Besar dari Sa’i
Arif menjelaskan, setidaknya ada dua pelajaran besar yang bisa dipetik dari perjuangan Siti Hajar. Pertama, adalah ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi ketidakpastian. Ia tidak menyerah pada keadaan. Demi kasih sayangnya kepada sang anak, Siti Hajar terus bergerak, naik-turun bukit, dalam kondisi yang sangat sulit, tanpa jaminan apa pun.
“Perjuangan Siti Hajar adalah simbol cinta dan pengorbanan. Kesetiaannya kepada Nabi Ibrahim dan ketaatannya kepada Allah Swt menjadi kekuatan yang menggerakkannya terus mencari hingga akhirnya mata air Zamzam memancar,” ungkapnya.
Kedua, lanjut Arif, perjuangan ini menjadi pengingat bahwa tawakkal (berserah diri) dan kesabaran sejati bukanlah bersikap pasif, melainkan harus diiringi dengan usaha nyata dan kerja keras.
Baca Juga: Kemenag dan Masjid Istiqlal Gelar Makan Bergizi Bersama 1.500 Anak Yatim
“Keikhlasan dan kesabaran yang dimiliki Siti Hajar adalah pondasi kokoh dalam menjalani perjuangan hidup. Ini adalah teladan luar biasa, bahwa kerja keras yang dilandasi niat yang tulus akan membuahkan hasil,” kata Arif.