Letusan kali ini menjadi salah satu yang terbesar dalam enam bulan pertama tahun 2025. Sebelumnya, letusan dengan kolom abu setinggi lebih dari 10 kilometer tercatat terjadi dalam rentang akhir 2023 hingga pertengahan 2024.
Gunung Lewotobi Laki-laki, bagian dari kompleks dua gunung kembar bersama Gunung Lewotobi Perempuan, memiliki sejarah panjang aktivitas vulkanik. Pada tahun 1921, tercatat letusan besar yang menyebarkan abu dan material vulkanik ke berbagai wilayah, meski dokumentasi saat itu masih terbatas. Tahun 1935, letusan eksplosif kembali terjadi, disertai lontaran lava pijar dan gempa vulkanik yang signifikan.
Baca Juga: Universitas PTIQ Jakarta Luluskan 583 Mahasantri Penghafal Al-Qur’an dalam Haflatul Wada’ 2025
Letusan pada 1970 bertipe strombolian, menyebarkan material hingga beberapa kilometer dari kawah dan menyebabkan hujan abu ringan di desa sekitar. Tahun 1991, terjadi erupsi besar yang berdampak serius pada kehidupan warga, dan status gunung sempat dinaikkan ke tingkat siaga.
Periode 2003–2004 menunjukkan peningkatan emisi gas dan kegempaan, hingga PVMBG menaikkan status ke Level II (Waspada). Aktivitas tersebut menjadi salah satu yang paling aktif secara seismik dalam 20 tahun terakhir.
Erupsi yang berlangsung sejak akhir 2023 memperlihatkan karakter letusan yang kompleks, termasuk letusan freatomagmatik dan freatik. Antara Desember 2023 hingga Februari 2024, letusan melontarkan material pijar, awan panas, dan abu pekat yang berdampak langsung pada wilayah Boru dan Klatanlo. Ribuan warga terpaksa dievakuasi dan status gunung sempat berada di Level IV (Awas) sebelum perlahan menurun menjelang pertengahan 2024.
Gunung Lewotobi Laki-laki dikenal dengan pola letusan strombolian hingga vulkanian, dengan ancaman nyata berupa hujan abu dan awan panas guguran. Aktivitasnya terus dipantau ketat sebagai bagian dari sistem pemantauan gunung api aktif nasional.***