Golkar dan Sarwono, Melintas Waktu 17 Juli 1971 ke 17 Juli 2019

Zahwa Elia Azzahra
Jumat 26 Mei 2023, 22:05 WIB
Sarwono Kusumaatmadja (Sumber : Istimewa)

Sarwono Kusumaatmadja (Sumber : Istimewa)

Sarwono muda yang cekatan, idealis dan cerdas tampil menonjol, paling tidak begitu menurut sebagian elit kekuasaan saat itu. Benny Murdani lah yang ditugaskan memantau pergerakan Sarwono muda, yang menurut pengakuan sang Jenderal itu bahwa dia diperintah oleh Sang Jenderal besar Suharto.

Tidak mengherankan, latar belakang Sarwono bisa dikatakan lengkap pada masa itu untuk dapat dijadikan tokoh muda nasional, anak Jakarta, lulusan sekolah menengahInggris, besar dalam keluarga berjejaring aktivisme politik, latar belakang pendidikan berkualitas khas sekolah Katolik, Ketua Dewan Mahasiswa ITB. Suharto dan Benny tidak keliru memilih Sarwono.

Saat Sarwono menjadi Sekjen Golkar termuda tahun 1983 mendampingi Ketua Umumnya Sudharmono perangai dan cara pandang Sarwono tidak berubah, tetap tengah, tetap kerja dan tetap cerdas.

Baca Juga: Sambil Senyum-senyum, Mario Dandy Ucapkan Permintaan Maaf. Netizen Pun Gerah!

Sarwono memulai meletakan dasar manajemen organisasi modern pada Golkar, terkenal dengan istilah keanggotaan Golkar terbuka dan berdasarkan kesediaan atau kesukarelaan untuk bergabung menjadi anggota Golkar. Berselancar diantara para senior, elit penguasa dan politisi tentu bukan hal yang mudah buat Sarwono yang berkarakter aktivis pada saat yang bersamaan dia harus tetap obyektif dan idealis juga harus kompromi dengan pragmatisme politik kekuasaan.

Pilihan politik Sarwono bukan kehendak pribadinya sendiri, keputusan memilih jalur politik tentu juga menjadi penugasan kelompok para aktivisnya, "masuk merubah dari dalam" adalah kalimat yang sering didengar untuk dasar para aktivis masuk dalam pemerintahan ORBA, sebagian aktivis lainnya selain memilih menjadi profesional ada juga yang memilih tetap pada jalan pergerakan aktivisme.

Posisi Sarwono di pusat kekuasaan saat itu pernah mendapati dirinya pada situasi yang tidak enak, misalnya saat sahabat karibnya, Wimar Witular pernah ditangkap saat mendeklarasikan diri sebagai calon presiden sebuah parodi politik yang cerdas beresiko tinggi yang mengkritik kekuasaan Suharto dan Orde Baru yang tidak memiliki konsep suksesi pergantian kekuasaan atau saat tokoh aktivis pergerakan bawah tanah Rahman Tolleng ditangkap dan ditahan di rumah tahanan Guntur karena dianggap terlibat dalam gerakan mahasiswa yang memrotes kedatangan Menteri Luar Negeri Jepang Tanaka dengan isu menolak hutang asing yang menyebabkan huru hara besar di Jakarta yang kemudian kita mengenalnya sebagai Peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari 1974 (Malari 1974) dengan tokoh mahasiswanya adalah Hariman Siregar.

Baca Juga: Suga BTS Siap Goyang Army Indonesia

Akhir yang Baik

Sarwono selamat sampai akhir, segala tugas dan amanah yang diberikan selesai dengan baik tanpa ada masalah. 2 kali menjadi anggota DPR, menjadi Sekjen Golkar, 3 kali menjadi Menteri, menjadi anggota DPD. Pada era baru reformasi pun perannya masih penting dalam berbagai hal kehidupan politik bangsa.

Selamatnya Sarwono dimungkinkan karena dia memilih untuk istiqomah bersikap profesional dalam bekerja, obyektif dan kritis dalam berpikir dan luwes dalam bertindak dalam koridor tengah.

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini