Riset PPIM: Pesantren Tunjukkan Ketahanan Terhadap Kekerasan Seksual

Aryafdillahi HS
Jumat 13 Juni 2025, 10:22 WIB
Riset PPIM: Pesantren Tunjukkan Ketahanan Terhadap Kekerasan Seksual (Sumber : Dok. Kemenag)

Riset PPIM: Pesantren Tunjukkan Ketahanan Terhadap Kekerasan Seksual (Sumber : Dok. Kemenag)

LABVIRAL.COMPusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar diseminasi hasil penelitian tentang Pesantren Ramah Anak secara daring melalui Zoom Meeting pada Rabu (11/6/2025). Salah satu temuan utama riset ini menunjukkan bahwa kerentanan pesantren terhadap kekerasan seksual tergolong rendah, meskipun potensi tetap ada dan perlu diwaspadai.

Acara diikuti oleh 645 peserta dari unsur Kementerian Agama pusat, kantor wilayah Kemenag berbagai provinsi, serta perwakilan dari 512 pesantren yang tergabung dalam program piloting Pesantren Ramah Anak tahun 2025. Kegiatan ini dibuka oleh Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Dr. Didin Syafruddin, yang menekankan pentingnya riset berbasis data untuk mendukung transformasi kelembagaan pesantren agar lebih adaptif terhadap kebutuhan perlindungan anak.

Menurut Didin, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai pusat keilmuan dan keagamaan, tetapi juga sebagai tempat tumbuh kembang anak yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang. Hal ini menjadi tanggung jawab moral dan sosial bagi seluruh pengelola pesantren. Plh Direktur Pesantren Kemenag sekaligus Ketua Satgas Pesantren Ramah Anak, Yusi Damayanti, juga menyampaikan bahwa perlindungan anak bukan hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ia mendorong integrasi prinsip perlindungan anak dengan tata kelola pesantren berbasis kitab kuning.

Baca Juga: Lelang Kemensos, Gus Ipul: Rolls Royce Jadi Rumah untuk Keluarga Miskin

Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Windy Triana dan Dr. Haula Noor dari PPIM UIN Jakarta, dan dilakukan di 90 kabupaten/kota di 34 provinsi. Sebanyak 1.738 responden terlibat dalam survei kuantitatif, ditambah 170 informan dalam penelitian kualitatif. Riset ini disusun dengan prinsip kehati-hatian dan etika akademik yang ketat, menghasilkan gambaran faktual mengenai kondisi perlindungan anak di pesantren, termasuk tantangan, potensi, dan praktik baik yang telah ada.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemahaman santri, pengasuh, dan pengelola pesantren mengenai isu kekerasan dan kesehatan reproduksi masih perlu diperkuat. Dukungan dari dalam dan luar lembaga sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran dan tindakan preventif.

Optimalisasi pengawasan di area fisik santri putra dan putri menjadi sorotan penting. Penataan ulang ruang asrama, peningkatan fasilitas, serta pemasangan CCTV di titik strategis merupakan langkah konkret untuk meminimalkan risiko kekerasan. Selain itu, aktivitas seni dan olahraga disebut berperan dalam memperkuat ketahanan psikologis santri.

Baca Juga: Menteri PPPA Dorong Penyelenggaraan Haji yang Lebih Inklusif bagi Perempuan dan Disabilitas

Temuan lain yang menonjol adalah terbukanya pesantren terhadap kerja sama eksternal dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan. Sikap terbuka ini dianggap sebagai indikator kemajuan kelembagaan dalam menciptakan ekosistem pengasuhan yang sehat dan kolaboratif.

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini