Pesan Penting Kurniawan untuk Pemain Muda yang Bermain di Luar Negeri

Sugeng Wahyudi
Kamis 09 Maret 2023, 09:25 WIB
Kurniawan Dwi Yulianto  (Sumber : Instagram/kurniawanqana)

Kurniawan Dwi Yulianto (Sumber : Instagram/kurniawanqana)

LABVIRAL.COM-Waktu menunjukkan pukul 6.27 pagi wib saat saya mengirim pesan WA ke Kurniawan Dwi Yulianto atau Si Kurus, pekan pertama di bulan Februari 2023. Saya lupa, jam 6.27 wib artinya baru jam 01.00 dini hari waktu Eropa.

Pesan WA saya baru dijawab pada siangnya, sekitar pukul 13.00 wib atau pukul 07.00 waktu Eropa. Kurus sedang berada di Eropa, tepatnya di Como, Italia, menjadi staf pelatih di klub yang dimiliki Djarum tersebut.

Labviral.com secara khusus meminta Kurniawan memberikan saran terbaiknya untuk pemain muda Indonesia yang tengah menjalani dan meniti karier di luar negeri.

Ikatan kontrak pemain muda Indonesia, Marselino Ferdinan di klub Belgia, Deinze menjadi faktor kenapa perlu mendapatkan cerita dari sosok yang sempat meniti karier di FC Luzern dan Sampdoria tersebut.

Berikut intisari dari pesan Kurniawan Dwi Yulianto.

Melepas kebintangan

Kita mungkin menjadi bintang di negara kita, tapi begitu keluar lepas atribut itu. Mulai sesuatu dengan 'mengosongkan gelas'. Gelas kembali kosong."

Bahkan latihan pun harus 1.000 persen

Eropa adalah cita-cita semua pemain muda di dunia. Pemain muda di dunia dan Eropa mau main di Eropa.

Mereka berjuang mati-matian untuk membuka pintu Eropa. Akan ada persaingan tidak hanya satu dua pemain, hampir seluruh pemain di dunia. Itu camkan, dulu.

Talent memang menjadi. Jadi pergunakan itu dengan baik. Talent saja gak cukup. Harus diimbangi kerja keras dan tetap down to earth. Harus terus merasa kurang, karena kita tahu level sepak bola Indonesia masih di bawah.

Kalau kita hanya biasa-biasa, gak akan dianggap.

Baca Juga: Tersingkir dari Liga Champions, Prestasi Lionel Messi masih Kalah dari Ronaldo yang Main di Arab

Baca Juga: 5 Fakta Menarik AC Milan ke Perempat Final Liga Champions, Penantian 11 Tahun

Pemain juga harus belajar adaptasi dan apa yang menjadi tren sepak sekarang atau di klub tersebut. Cepat beradaptasi. Baik teknikal dan taktikal dulu.

Pemain akan mendapatkan ilmu baru soal sepak bola Eropa. Karena sepak bola Eropa itu benar-benar intensitas tinggi, pemahaman taktikal, individu, unit atau tim yang mungkin tidak didapat di indonesia.

Setiap pemain wajib memberikan yang terbaik, bahkan hanya saat latihan.
Harus sadar, tiap detik dalam latihan, melalui penilaian dari staf pelatih. Fokus, konsentrasi, wajib memberikan terbaik.

Mereka yang dibukakan jalan harus memanfaatkan itu.

Siapkan mental

Pemain yang merumput di luar negeri juga harus dipersiapkan mental. Kita sadar bahwa kita itu bukan siapa-siapa, ketika datang ke negara yang level sepak bolanya jauh di atas kita.

Maka ketika ditegur, diteriaki harus kuat, biasalah. Bagaimana mengatur diri juga paling penting.

Sebab pemain akan hidup sendiri, jelek dalam latian harus bisa memotivasi.

Belum lagi status sebagai pemain asing. Di Indoensia, ekspektasi pemain asing harus lebih baik. Begitu juga saat pemain Indonesia ke luar negeri. Status pemain asing melekat. Selain itu saat terputuk harus bisa cepat bangkit, kalau tidak selesai.

Berproses dulu, urusan hasil belakangan

Waktu makan kita, pola makan, jam istirahat, belum lagi kendala bahasa dan segala macam, juga harus dipersiapkan. Karena tantangan besar, jangan berekspektasi yang tinggi. Dengan kerjas keras saja peluang masing 50:50.

Saya tidak 100 persen menyamaratakan pemain kita, ini yang saya rasakan juga knowledge soal gizi gak saya dapatkan di Indonesia. Ini menjadi pekerjaan stakehokder pembinaan. Harus memulai masuk faktor eksternal soal kebutuhan atlet.

Taktik, disiplin dan mental, teknik penting, tapi eksternal juga harus digarap oleh sepak bola kita. Bagaimana masalah nutrisi, edukasi ke mereka. Belum masalah attitude. Cara menghadapi pressure.

Di sini tanpa diingatkan rata-rata sudah pada disiplin, gak boleh makan ini dan itu.

Semua proses perjuangan harus dijalani. Harus kerja keras. Poinnya adalah ketika sudah di Eropa, pada akhirnya sudah berusaha segala macam, faktor usia usia juga gak bisa ditahan. Kalau masih beranggapan usia 22, 23 masih kuat, tidak setuju itu. Di Eropa, usia 16,17,18 sudah mulai umur mateng.

Jadi, kesempatan jangan disiakan.

Karena faktanya banyak dari sesama negara Asia, Jepang, Korea, merantau ke Eropa sampai sekian tahun dan gak masuk ke tim utama. Tapi, setidaknya mereka mendapatkan value dari Eropa.

Pahami metode kepelatihan

Yang saya alami dulu, kemudian ini saya di sini, tim Como senior, U-19, jadi metode kepelatihan di Indonesia sebenarnya gak ada yang salah.

Yang salah mungkin yang lebih ke detail-detail sangat diperhatiakn. Dari taktikal, individual, pemahamanan teknik, bagiamana movement, attacking,

Dari sana biasanya staf pelatih di Eropa sudah paham, oh, ini pemain yang smart dan gak.

Penting juga diketahui, untuk pemain mudanya itu. Kayak pemain muda di sini. Mereka belum menerima bayaran. Jadi mereka bekerja keras untuk mendapatkan kontrak pro.

Mereka sangat berjuang keras untuk harus dapat. Dari saat masuk locker room, fokus mereka sepak bola. latihan adalah wahana untuk mendapat tempat utama.

Fokus, pemain muda Eropa jarang main medsos

Soal fokus sepak bola, gini, yang keliatan banget, yang di Como Primavera, mereka itu hanya sepak bola. Gak mikir macam-macam. Media sosial atau medsos gak peduli.

Para pemain U-19 di Como, yang di pikiran hanya sepak bola. Pagi sekolah, latihan sudah. Boro-boro mikir yang lain. Mereka hanya memikirkan bagaimana nanti kerja keras untuk ending di senior. Mereka memahami proses.

Pemain U-19 bahkan mereka sudah mikirin, mereka menit bermain berkurang, umur 20 minta dipinjamkan. Memilih dipinjamkan karena goal-nya senior. Otak mereka sudah fokus dan terbiasa di sepak bola. Jadi mudah mengatur diri.

Gak munafik pemain perlu duit

Untuk itu, pemain yang merumput di luar negeri, terutama di Eropa harus jujur bertanya ke diri sendiri. Merantau untuk apa, main di sini, fokus sama itu. Jangan lihat kanan-kiri.

Godaan banyak, masalah salary, iming-iming klub di Indonesia gaji sekian. Itu kadang, kan, akhirnya membuat kita, jujurlah gak munafik, perlu duit untuk segala macam kebutuhan.

Sukses itu kan tidak mudah diraih, sukses belum kita dapat kalau kita belum kita kerja keras.

Apa saja yang dikerjakan Kurus di Como?

Selain pesan ke pemain muda Indonesia yang merumput di Eropa, Kurus, juga menceritakan aktivitasnya sejauh ini.

"Ya, paling sore latihan, siang, latihan, balik. Bikin program latihan, kirim ke head coach," katanya.

Kalau sedang ada waktu luang, Kurus biasa berdiskusi dengan teman-temannya di Tanah Air. "Yang sering sama Ilham Romadhona dan Supriyono Prima," ujarnya mengakhiri pembicaraan.

Kurniawan saat ini tengah berada di Indonesia. Ia menjadi bagian staf pelatih tim U-23 yang akan bertanding di SEA Games 2023.

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini