Membangun Ketangguhan dari Celah Seismik: Pesan Prof. Ron Harris untuk Indonesia

Aryafdillahi HS
Sabtu 21 Juni 2025, 11:24 WIB
Membangun Ketangguhan dari Celah Seismik: Pesan Prof. Ron Harris untuk Indonesia (Sumber : Dok. BNPB)

Membangun Ketangguhan dari Celah Seismik: Pesan Prof. Ron Harris untuk Indonesia (Sumber : Dok. BNPB)

LABVIRAL.COM - Indonesia berada di atas garis patahan aktif yang sewaktu-waktu dapat memicu bencana besar. Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana, seorang ahli geologi dari Brigham Young University (BYU), Amerika Serikat, Prof. Ron A. Harris, menggelar rangkaian kegiatan bertajuk Seismic Gap Tour: “Bridges Over Troubled Waters – Experiments with Full-spectrum Geohazard Risk Reduction in Indonesia.”

Tur ilmiah ini berlangsung pada 1–17 Juni 2025 dan mencakup lima kota di Indonesia, yakni Jakarta, Manado, Ternate, Padang, dan Bandung. Dalam kunjungannya, Prof. Harris memberikan kuliah umum, berdiskusi dengan para pemangku kepentingan, serta menyuarakan pentingnya mitigasi risiko terhadap celah seismik dan tsunami.

Kegiatan ini diselenggarakan atas dukungan Direktorat Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, dan berkolaborasi dengan BMKG, HAGI, In Harm’s Way, serta U-Inspire. Rangkaian acara diawali dengan sesi podcast di studio BNPB yang mengupas pengalaman Prof. Harris dalam lebih dari 30 ekspedisi lapangan di Indonesia. Ia menelusuri jejak paleotsunami dan mencari tanda-tanda potensi gempa bumi dan tsunami besar di masa mendatang.

Baca Juga: Kemenag Tegaskan Catatan dalam Nota Diplomatik Dubes Saudi Sudah Tuntas Sebelum Puncak Haji

Kuliah umum kemudian digelar di berbagai lembaga pendidikan dan riset, seperti STMKG Jakarta, Universitas Negeri Manado, Universitas Khairun Ternate, Universitas Negeri Padang, Universitas Pertamina, dan BRIN. Dalam setiap sesi, Prof. Harris menjelaskan bahwa celah seismik terbentuk ketika zona subduksi terkunci dan tidak mengalami gempa untuk waktu lama. Kondisi inilah yang berpotensi memicu pelepasan energi besar dan memunculkan tsunami dahsyat.

Selain berbagi pengetahuan ilmiah, Prof. Harris juga mengadakan diskusi langsung bersama BPBD, Stasiun BMKG, Forum PRB (FPRB), komunitas Tsunami Ready, dan masyarakat setempat. Tujuannya adalah untuk mengukur kesiapan masyarakat di wilayah-wilayah berisiko tinggi. Kegiatan ini tak sekadar membangun kesadaran, tapi juga menjadi langkah konkret memperkuat ketangguhan lokal terhadap potensi bencana.

Menurut Prof. Harris, ilmu kebencanaan tidak boleh berhenti sebagai dokumen atau jurnal akademik. “Kajian para ilmuwan tidak bisa hanya menjadi bahan bacaan saja namun harus dapat ditransfer kepada masyarakat,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa kemampuan memahami tanda-tanda alam dan melakukan evakuasi secara mandiri adalah kunci penyelamatan.

Baca Juga: Kemen PPPA Dorong Integrasi Gender dalam Perencanaan Strategis Kementerian dan Lembaga

“Sistem peringatan dini paling efektif adalah pengetahuan risiko yang tertanam dalam diri dan menjadi respon menyelamatkan diri,” jelasnya. Hal itu mencakup pemahaman akan potensi bahaya, rencana evakuasi yang terlatih, serta keberadaan infrastruktur evakuasi yang tahan terhadap gempa dan tsunami.

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini