Jacksen F. Tiago: Sepak Bola di Indonesia Belum jadi Profesi Utama, Pemain Terikat Instansi Lain

Haris Ma'ani
Kamis 23 November 2023, 08:12 WIB
Jacksen F. Tiago mengomentari kultur sepak bola Indonesia dan Brasil.  (Sumber : Media PSSI)

Jacksen F. Tiago mengomentari kultur sepak bola Indonesia dan Brasil. (Sumber : Media PSSI)

LABVIRAL.COM-Mantan pelatih timnas Indonesia, Jacksen F. Tiago menilai sepak bola di Indonesia belum menjadi profesi utama. Terbukti banyak pemain terikat status dengan instansi lain.

Bahkan di liga profesional Indonesia, Liga 1, banyak pemain yang berstatus anggota TNI, polisi, ASN, dan pekerjaan sampingan lain.

"Yang membedakan Brasil dengan Indonesia terutama berkaitan dengan aspek profesionalitas. Kebanyakan pemain Indonesia berpikir bahwa sepak bola itu masih sekedar hiburan, bukan profesi utama," kata Jacksen saat menjadi narasumber di konferensi pers Pusat Informasi Piala Dunia U-17 2023 di Solo, Rabu (22/11/2023).

Hal ini berbeda dengan para pemain di Brasil, negara asalnya. Di sana, pemain benar-benar fokus dengan sepak bola.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Panglima TNI Agus Subiyanto, dari Profil hingga Riwayat Jabatannya

"Kami menanggapi setiap aktivitas sepak bola itu sebagai kesempatan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan kita dan keluarga. Di situ ada perbedaan dari aspek profesionalisme," ungkapnya.

Perbedaan profesionalisme

Menurutnya, hal tersebut membedakan level profesionalisme antara atlet sepak bola Brasil dan Indonesia.

Di Indonesia bisa terlihat saat pemain menjalani latihan. Ada sejumlah pemain yang tidak serius berlatih. Mereka hanya ingin bertemu kawan dan kemudian mengobrol lalu berlatih sekadarnya. Namun ada pula yang serius berlatih.

Sedang di Brasil, saking fokus ada sepak bola, para pemain sudah datang ke tempat latihan jauh sebelum latihan dimulai. Pasalnya, mereka harus menjalani tes kesehatan, menjaga kebugaran dengan masuk tempat fitnes (gym) dan bahkan makan bersama.

Baca Juga: Gagal di Piala Dunia U-17, Pemain Garuda Muda Dikembalikan ke Klub Masing-masing

"Kami biasanya berlatih jam tiga sore. Namun, pemain sudah datang ke klub pukul 10 pagi. Setelah datang, mereka masuk laboratorium terlebih dahulu untuk tes kesehatan, lalu makan siang. Selanjutnya, mereka beristirahat da melanjutkan aktivitas di pusat kebugaran sebelum latihan di lapangan," ujar sosok yang pernah menangani Persis Solo ini.

Selain itu, mantan juru taktik timnas Indonesia pada medio 2013 itu juga menyebut soal keseriusan setiap klub di Brasil untuk fokus membina pemain muda. Berbagai infrastruktur yang dibutuhkan bagi pemain tersedia dengan baik.

"Di Brasil, setiap klub memiliki psikolog, terutama untuk pembinaan usia dini. Sebab, seorang pemain muda itu dianggap sebagai aset yang sangat berharga bagi klub. Semua infrastruktur yang dibutuhkan pemain untuk berkembang itu tersedia," katanya.***

Follow Berita LABVIRAL di Google News
Halaman :
Berita Terkait Berita Terkini